Sekolah Tatap Muka Yogyakarta digelar Dua Tahap
Petugas sekolah mengukur suhu tubuh orangtua/wali murid (ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Proses uji coba sekolah tatap muka untuk tingkatan SD dan SMP di Kota Yogyakarta akan dilaksanakan dua tahap, yakni pada akhir April dan tahap dua akan dijalankan berakhir Lebaran. 

"Akan ada 10 sekolah yang mengikuti kegiatan uji coba sekolah tatap muka, dimulai pekan ini dan nanti usai Lebaran," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin. 

Menurutnya, semua sekolah di Kota Yogyakarta siap menjalankan aktivitas pengajaran tatap muka sebab semua sekolah telah menjalani verifikasi untuk menentukan kesiapan sarana dan prasana protokol kesehatan. Verifikasi kepada kesiapan sekolah dijalankan tiga kali,yakni pada Januari, Maret dan April. 

Namun, lanjutnya, untuk waktu ini baru dilaksanakan uji coba atau simulasi sebagai komponen dari keperluan evaluasi sebelum sekolah tatap muka dikerjakan secara menyeluruh. 

"Harapannya, pada tahun ajaran baru nanti sudah bisa dilakukan. Apalagi seluruh guru pun sudah divaksin," katanya dikutip VOI dari ANTARA. 

Pada tahap awal, kegiatan uji coba sekolah tatap muka diselenggarakan bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir sekolah untuk jenjang SD dan SMP yang dilakukan pekan ini hingga 7 Mei.

Sebanyak 10 sekolah yang dilibatkan dalam kegiatan uji coba berdasarkan hasil verisikasi, adalah SD Margoyasan, SD Muhammadiyah Karangkajen, SD Lempuyangwangi, SD Tegalrejo 1, dan SD Serayu, serta SMP Negeri 1, SMP Negeri 7, SMP Negeri 8, SMP Negeri 9, dan SMP Negeri 15. 

Uji Coba Tatap Muka Dilakukan di 10 Sekolah

"Sebenarnya banyak yang mengajukan diri untuk melakukan uji coba sekolah tatap muka. Namun kami baru melakukannya di 10 SD dan SMP tersebut," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta Budhi Asrori. 

Pada tahap pertama, aktivitas uji coba untuk SMP dicontoh siswa kelas 7 dan 8, walaupun untuk SD dicontoh siswa kelas 4 dan 5. Semua siswa bahkan dipinta membawa perlengkapan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan handsanitizer pribadi.

Siswa akan masuk tiga kali dalam satu minggu, dibagi menurut siswa dengan nomor ganjil dan genap. Satu kelas optimal diisi 12 anak dan siswa tak dibagi dalam shift sebab pergantian shift rentan terjadi kerumunan. Mata pembelajaran yang diajar yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, agama, dan budi pekerti. 

Pelajaran dilaksanakan optimal 120 menit per hari. Sementara itu, uji coba tahap dua akan dilaksanakan pada 20 Mei sampai 17 Juni. Dalam aktivitas itu akan dicontoh semua siswa kelas 1-6 SD dan kelas 7-9 SMP.

"Dimungkinkan juga ada penambahan sekolah yang melaksanakan uji coba, tergantung bagaimana hasil evaluasi pada tahap pertama," katanya. 

Budhi mengatakan, tujuan utama dari aktivitas sekolah tatap muka bukan pada upaya pencapaian sasaran pelajaran sesuai kurikulum, tetapi lebih ditekankan untuk membiasakan siswa mencontoh pelajaran dengan menggunakan protokol kesehatan secara ketat. 

"Tujuan terbesarnya adalah membiasakan siswa untuk kembali berinteraksi sosial di sekolah sekaligus untuk pembentukan karakter anak," katanya. 

Selama uji coba sekolah tatap muka, Budhi memastikan pembelajaran secara daring tetap dilakukan. 

"Izin dan persetujuan orang tua pun menjadi salah satu syarat dalam kegiatan tersebut," katanya.