Mia Khalifa Juluki Gal Gadot 'Barbie Genosida' karena Pernyataannya soal Israel-Palestina
Mia Khalifa (Instagram @miakhalifa)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Mia Khalifa membidik Gal Gadot setelah pernyataan netralnya tentang konflik Israel-Palestina.

Awal pekan ini, bekas bintang porno Lebanon-Amerika itu menyuarakan ketidaksukaannya kepada bintang Wonder Woman 1984 dengan me-retweet postingan HBO tentang kembalinya film tersebut ke layanan streaming. Dia menulis, "Kami meminta #SnyderCut, bukan Barbie Genosida."

Alasan Mia Khalifa

Komentar tersebut muncul setelah meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina serta mobilisasi Israel yang mengkhawatirkan di sepanjang perbatasan. Hal tersebut menarik perhatian global dari para politisi, aktivis, dan selebritas.

Selain itu, postingan Khalifa juga mengikuti pernyataan Gadot baru-baru ini tentang situasi yang meningkat, di mana dia menyatakan bahwa kedua belah pihak berhak untuk "hidup berdampingan dalam damai." 

Namun, mantan tentara IDF dan Miss Israel itu dikritik habis-habisan oleh kedua belah pihak karena pernyataan netralnya, termasuk putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Yair Netanyahu, yang menuduhnya bertindak seperti Swiss.

Meskipun demikian, Khalifa tetap mempertahankan komentar awalnya setelah sekumpulan reaksi yang terpolarisasi di mana salah satunya menanggapi dengan bertanya "Jangan bodoh. Apakah ini kesalahan Gal?"

"Apa yang kamu ingin dia lakukan? Melawan pemerintahnya sendiri?," kicau orang itu sebelum menyatakan bahwa Gadot bisa menjadi target jika dia mengatakan hal lain. 

"Tahukah kalian apa yang terjadi dengan presiden terakhir Israel yang menandatangani perjanjian damai pada 1993 ??? Dia bisa saja dibunuh oleh kelompok ekstremis sayap kanan."

Dan tanggapan Khalifa? "Terima kasih telah mengklarifikasi sifat tirani pemerintah Israel. Saya tidak tahu itu, itu liar. *Pura-pura kaget*"

Artikel ini telah tayang di VOI dengan judul: Eks Bintang Porno Mia Khalifa Juluki Gal Gadot 'Barbie Genosida' karena Pernyataannya soal Israel-Palestina, saatnya merevolusi pemberitaan!