YOGYAKARTA – Praktik politik identitas cukup berbahaya untuk dilakukan. Terlebih jika hal tersebut dilakukan di negara yang memiliki keragaman budaya dan ras seperti di Indonesia. Sayangnya, ambisi politisi dan kurangnya edukasi di kalangan masyarakat membuat politik identitas memecah belah masyarakat. Sebagai salah satu edukasi, VOI akan merangkumkan apa itu politik identitas dan hal-hal yang meliputinya.
Mengenal Apa Itu Politik Identitas
Patut diketahui bahwa istilah “politik identitas” di dunia pertama kali dicetuskan oleh seorang feminis kulit hitam Barbara Smith dan Combahee River Collective pada tahun 1974. Saat itu Barbara menggaungkan identitas mereka sebagai wanita kulit hitam sekaligus sebagai anggota masyarakat yang sah.
BACA JUGA:
Sedagkan di Indonesia, istilah politik identitas belum lama terdengar di kancah perpolitikan Indonesia. Istilah tersebut mulai ramai diperbincangkan saat Pilkada DKI Jakata pada 2017 silam. Saat itu muncul isu yang mengatakan bahwa salah satu tokoh yang mencalonkan diri di Pilkada DKI Jakarta mempraktikkan politik identitas.
Dari kebahasaan, kata “politik” berasal dari Bahasa Yunani, “politeia” yang bisa diartikan sebagai individu yang berkeinginan untuk melakukan pengelolaan di wilayahnya. sedangkan identitas berasal dari kata berbahasa Inggris, “Identity” yang berarti ciri atau tanda yang khas pada manusia.
Dikutip dari lipi.go.id, dalam buku yang berjudul Politik Identitas: Problematika dan Paradigma Solusi dikatakan bahwa politik identitas adalah strategi politik yang fokusnya berada pada perbedaan dan pemanfaatan ikatan primordial sebagai kategori utamanya.
Secara sederhana, politik identitas juga bisa dimaknai sebagai strategi politik suatu kelompok yang mewakili etnis, suku, budaya, agama tertentu untuk melancarkan misi dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh, politik identitas dilakukan untuk memicu perlawanan atas penindasan yang dilakukan komunitas tertentu terhadap masyarakat.
Contoh Kasus Politik Identitas
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, istilah politik identitas mulai santer terdengar sejak Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu. Saat itu ada dua tokoh yang mencalonkan diri dalam Pilkada, yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Santer terdengar kabar bahwa salah satu tokoh mempraktikkan politik identitas untuk mendulang suara masyarakat di DKI Jakarta. Di luar dari hal tersebut, politik identitas juga sering digunakan oleh para penguasa di masa lali.
Salah satu contoh kasus politik identitas adalah pemusnahan orang Yahudi yang dilakukan oleh Adolf Hitler. Saat itu Hitler meyakinkan masyarakat Jerman bahwa penyebab krisis dan kekalahan perang dunia yang mereka alami disebabkan oleh Yahudi.
Hitler kemudian menjanjikan janji manis melalui partainya untuk mengatasi persoalan yang ditanggung masyarakat Jerman kala itu. Hasilnya, ia berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1932. Setelah menjadi penguasa, ia kemudian memerangi orang Yahudi bahkan melenyapkan mereka.
Bahaya Politik Identitas
Praktik politik identitas kerap menjadi bahasan pokok dalam perbincangan. Sebagian orang menilai bahwa masyarakat perlu mewaspadai politik identitas menjelang tahun-tahun politik 2024..
Politik identitas memang diakui mampu memicu perubahan, kebebasan, bahkan toleransi. Namun, praktik ini juga berpotensi menimbulkan pola-pola intoleransi, kekerasan verbal hingga fisik, serta pertentangan etnik dalam kehidupan bermasyarakat.
Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam suku, ras, agama, dan budaya tentu harus mewaspadai kemunculan praktik politik identitas. Tidak hanya merusak persatuan, namun jadi ancaman untuk demokrasi.
Itulah informasi terkait apa itu politik identitas. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, kunjungi VOI.ID.