YOGYAKARTA - Para pelaku dan kelompok kesenian di wilayah itu yang tak surut semangat, meski selama hampir dua tahun tidak dapat beraktivitas akibat pandemi COVID-19 yang diapresiasi oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa.
"Kami sangat mengapresiasi kembali diselenggarakannya pementasan seni budaya, dalam hal ini seni kuda lumping oleh kelompok seni Turonggo Sakti, Dusun Murangan VII," kata Danang Maharsa saat membuka pementasan seni kuda lumping Turonggo Sakti di Dusun Murangan VII, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, penyelenggaraan pementasan seni tari tersebut menjadi salah satu upaya dalam menjaga serta melestarikan budaya yang ada di wilayah Kabupaten Sleman.
Apresiasi Pelaku Seni Tidak Surut Semangat Karena Pandemi
"Semangat para pelaku seni dan seluruh pihak yang ikut andil dalam melestarikannya patut mendapatkan dukungan, terlebih, semangat tersebut tidak surut setelah dua tahun lebih pementasan kesenian terhenti akibat pandemi COVID-19," katanya.
Ia mengatakan keberadaan kelompok kesenian di suatu daerah tidak hanya dapat melestarikan budaya, tetapi juga menjadi wadah guyub dan kerukunan sesama warga, sehingga dapat tercipta masyarakat yang memiliki rasa solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi.
"Namun kami imbau masyarakat beserta penyelenggara kegiatan untuk terus memperhatikan protokol kesehatan dalam setiap kegiatannya," katanya seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Danang mengajak seluruh masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk saling menjaga dengan menerapkan protokol kesehatan.
Usai membuka secara simbolis pementasan seni tari kuda lumping, Wakil Bupati Sleman beserta jajarannya berkesempatan menyaksikan secara langsung pementasan tari kuda lumping.
Sebelumnya di tempat terpisah, Wabup Sleman Danang Maharsa saat menghadiri kegiatan peringatan Haul ke-25 KH. R Zamruddin di Pondok Pesantren Al Falahiyyah, Dusun Mlangi, Kalurahan Nogotirto, Gamping, mengatakan bahwa adanya pandemi COVID-19, khususnya di wilayah Sleman, memberikan dampak ketidakpastian terhadap berbagai dimensi kehidupan masyarakat, baik kondisi perekonomian maupun kondisi sosial.
"Pandemi COVID-19 juga dapat memberikan dampak yang berbuntut panjang jika tidak dihadapi secara bersama-sama," katanya.
Danang mengatakan, sikap solidaritas sosial sesama warga masyarakat, sikap saling menolong antarumat beragama, serta rasa kebersamaan yang tinggi menjadi penting dalam menghadapi kondisi yang ada saat ini.
"Pengalaman dua tahun ini (pandemi COVID-19) telah menempa kita, menguatkan kita dan juga menyatukan kita. Solidaritas sosial, kesetiakawanan di antara sesama warga masyarakat, mementingkan saling tolong menolong, saling mendukung serta saling memberi manfaat di antara sesama warganya adalah tauladan yang dicontohkan Rasulullah SAW yang patut diterapkan dalam keseharian, terlebih lagi di kondisi saat ini (menghadapi pandemi)," katanya.
Ia mengatakan di tengah kemajemukan masyarakat Sleman, akan selalu ada perbedaan, baik pendapat ataupun perbedaan pandangan dalam melihat suatu isu.
"Para alim ulama harus mampu membimbing umatnya agar dapat menyikapi setiap perbedaan dengan cara yang arif dan bijaksana, sehingga perbedaan pendapat tersebut jangan sampai justru menimbulkan perpecahan, tetapi harus dipandang sebagai hal yang wajar," katanya.
Danang menyebut adanya kesatuan dan kerukunan sesama warga masyarakat dapat memberikan pengaruh yang besar dalam penanganan dampak COVID-19 di Sleman, sehingga akan juga berdampak kepada kepulihan perekonomian, sosial serta kesehatan masyarakat.