YOGYAKARTA - Saat ini status PPKM untuk kota Yogyakarta tetap bertahan di level 3 sejak diturunkan pertama kali pada awal September. Hal ini dipastikan Pemerintah Kota Yogyakarta memastikan penerapan protokol kesehatan untuk seluruh sektor dan aktivitas di masyarakat tetap terkendali.
“Dengan bertahan di level 3, maka diharapkan tidak muncul euforia berlebihan dari masyarakat sehingga nantinya justru melalaikan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Rabu.
BACA JUGA:
level 3 PPKM Pastikan Prokes Tetap Terkendali
Menurut dia, status level 3 tersebut secara tidak langsung mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati dengan selalu menerapkan protokol kesehatan saat beragam aktivitas di masyarakat mulai dilonggarkan.
Heroe justru merasa khawatir, jika level PPKM diturunkan, maka akan terjadi euforia dari masyarakat yang justru kontradiktif terhadap upaya pengendalian kasus COVID-19.
“Jangan sampai lepas kendali. Nanti justru akan lebih melelahkan saat harus memulainya dari titik nol lagi. Akan lebih baik jika kita bangkit perlahan-lahan, bertahap,” katanya.
Namun demikian, lanjut Heroe, jika dilihat dari berbagai indikator seperti penambahan kasus harian dan cakupan vaksinasi, maka Kota Yogyakarta sebenarnya sudah bisa turun ke level 2. Dalam sepekan terakhir, rerata kasus COVID-19 di Kota Yogyakarta di bawah 10 kasus per hari.
“Tetapi, jika seluruh masyarakat belum memiliki kesadaran penuh untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin, maka menurunkan level justru akan berbahaya,” katanya.
Selain itu, ada pula kekhawatiran terkait perkembangan atau mutasi virus yang terjadi cukup cepat sehingga bisa mempengaruhi upaya pengendalian kasus COVID-19.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta agar seluruh masyarakat patuh menerapkan protokol kesehatan adalah membangun sistem atau aplikasi untuk pembatasan aktivitas.
Salah satu aktivitas yang berpotensi mendatangkan massa dalam jumlah banyak adalah kegiatan wisata saat akhir pekan, seperti di kawasan Malioboro.
“Akan lebih baik jika ada QR Code dari aplikasi PeduliLindungi yang bisa dimanfaatkan. Namun, karena belum ada maka kami mengembangkan aplikasi sendiri untuk kebutuhan pembatasan jumlah wisatawan,” katanya yang dikutip VOI dari ANTARA.
Aplikasi tersebut masih terus disempurnakan dan nantinya perlu terus disosialisasikan sehingga masyarakat pun memiliki kesadaran untuk mengaksesnya.
“Sekali lagi, ketaatan dan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan adalah kunci bagaimana masyarakat bisa menjalani aktivitas di masa pandemi ini,” katanya.