YOGYAKARTA - Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan bantuan alat pengolahan sampah dari Pemerintah Seychelles, negara kepulauan di Afrika. Hal itu untuk mengatasi persoalan sampah seiring perkembangan sektor pariwisata.
Duta Besar (Dubes) dan Utusan Presiden Seychelles untuk ASEAN Nico Barito di Kulon Progo, Kamis, mengatakan daerah yang ramai wisatawan, seperti Bali dan Yogyakarta, berisiko memiliki tumpukan sampah yang melimpah.
BACA JUGA:
Bantuan Alat Pengolahan Sampah Untuk Kulon Progo
Salah satu cara cepat untuk mengelola sampah adalah dengan membakarnya, sedangkan membakar sampah akan menimbulkan asap dan mencemari lingkungan.
"Setelah nanti kami lihat sampah di TPA (tempat pembuangan akhir) Banyuroto dan kalau ada tes untuk melihat konten sampah secara random, nanti kita akan tetapkan mesin yang kami kirim, bisa mesin bakar atau mesin pirolisis,” kata Nico usai meninjau lokasi TPA Banyuroto di Kecamata Nanggulan.
Dia menambahkan ketika bantuan alat dan mesin sudah siap, perlu ditetapkan satu badan pengelola atau satu tim kecil dari pihak-pihak terkait untuk melakukan pertanggungjawaban penggunaan alat dan mesin tersebut.
"Semoga alatnya bermanfaat untuk mengatasi sampah di Kulon Progo," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana mengatakan pengelolaan sampah di Kulon Progo masih dilakukan secara konvensional.
Adanya bandara di Kulon Progo dapat menyebabkan permasalahan sampah di Kulon Progo menjadi lebih kompleks, sehingga pengelolaan sampah perlu diberi perhatian khusus.
Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya serius agar tidak menumpuk. Potensi timbunan sampah di Kulon Progo dengan jumlah penduduk sebanyak 434.483 jiwa diperkirakan hingga 173 ton per hari atau 63.260 ton per tahun.
Sedangkan sampah yang tertangani di TPA Banyuroto berdasarkan data timbang sebanyak 24-35 ton per hari atau 33 ton per hari. Umur teknis zona 1 TPA Banyuroto diperkirakan akan habis pada Maret 2022.
“Kondisi TPA Banyuroto pada September 2021 sudah terjadi penumpukan. Memang lokasinya jauh dari pemukiman dan tidak padat penduduk. Namun, permasalahannya ke depan, ketika penduduk semakin padat dan sekitarnya sudah perkotaan, ini akan menjadi permasalahan serius,” kata Fajar yang dikutip VOI dari ANTARA.
Selanjutnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kulon Progo Gusdi Hartono mengaku bersyukur atas bantuan alat mesin pengelolaan sampah dari Pemerintah Seychelles.
Ia berharap hadirnya alat mesin pengelolaan sampah semoga dapat mengatasi masalah sampah di Kulon Progo. Pihaknya siap memenuhi persyaratan sehingga bantuan alat mesin dapat segera diterima.
“Mudah-mudahan bantuan dari Seychelles dan BKKBN betul-betul bisa kami harapkan, dan permasalahan sampah-sampah di Kulon Progo bisa selesai dengan bantuan dari Pemerintah Seychelles,” kata Gusdi.