YOGYAKARTA - Museum Terbuka Bakalan di Kelurahan Argomulyo, Kapanewon (Kecamatan) Cangkringan yang merupakan "tetenger" atau penanda/monumen erupsi besar Gunung Merapi tahun 2010 diresmikan oleh Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Kustini Sri Purnomo.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Suparmono, Minggu mengatakan dengan diresmikannya Museum Terbuka Bakalan Cangkringan menambah destinasi pariwisata di Kabupaten Sleman.
BACA JUGA:
Meresmikan "Tetenger" Erupsi Merapi Museum Terbuka Bakalan
Menurut dia, pembangunan "tetenger" erupsi Merapi tahun 2010 dengan tema "Sirno Jalmo Lenaning Paningal" yang terletak di Dusun Bakalan, Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Cangkringan mengandung maksud bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar Gunungapi Merapi memahami akan resiko bencana erupsi Merapi.
"Sehingga kedepannya diharapkan tidak ada lagi korban karena kealpaan masyarakat itu sendiri," katanya.
Ia mengatakan, pengeloaan Museum Terbuka Bakalan nantinya akan kami kerjasamakan dengan Kelompok Masyarakat Penggiat Pariwisata Desa melalui Bumdes Kelurahan Argomulyo agar lebih dapat menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat setempat.
"Untuk akselerasi tingkat kunjungan wisatawan ke Museum Terbuka Bakalan kami juga akan menggandeng Komunitas Jeep Wisata untuk memasukan trip/jalur jeep wisata masuk ke Kawasan Museum Terbuka Bakalan," katanya yang dikutip VOI dari ANTARA.
Suparmono mengatakan, dengan selesainya penyempurnaan destinasi Museum Terbuka Bakalan dapat memberikan wisata edukasi dan wisata mitigasi bencana sehingga memberikan pengalaman sebagai wisata minat khusus bagi pengunjung yang datang ke Kabupaten Sleman.
Bupati Sleman meresmikan "tetenger" erupsi Merapi 2010 Museum Terbuka Bakalan di Dusun Bakalan, Argomulyo, Cangkringan. Foto ANTARA/HO-Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Sleman.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan keberadaan museum terbuka ini tidak hanya dapat dinikmati sebagai sebuah destinasi wisata baru di Sleman, tapi lebih dari itu keberadaan museum ini menjadi "saksi" dasyatnya erupsi Merapi yang terjadi 11 tahun yang lalu.
"Diharapkan museum ini dapat mengingatkan kita bersama tentang potensi bencana erupsi yang kita miliki," katanya.
Ia berharap keberadaan museum ini dapat memberikan sumbangsih untuk meningkatkan dan menstimulus pemahaman masyarakat dan wisatawan tentang kapasitas mitigasi bencana erupsi Merapi dan tetap waspada.
"Selain itu, mengingat ini adalah museum terbuka, saya berharap pengelola dan masyarakat sekitar dapat menjaga dan melestarikan keberadaannya," katanya.
Kustini mengatakan, Museum Terbuka Bakalan Ini merupakan situs bersejarah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
"Jangan sampai ada coretan-coretan atau aksi vandalism pada area museum. Semoga keberadaan museum ini dapat turut serta meningkatkan geliat perekonomian masyarakat sekitar museum," katanya.