YOGYAKARTA - Petani milenial asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Albertus Budi Setiawan membuktikan sektor pertanian menjadi salah satu sektor menjanjikan.
Siaran pers dari Polbangtan YoMa yang diterima di Yogyakarta, Jumat, menyebutkan Albertus Budi Setiawan merupakan salah satu petani milenial sukses di Ngaglik, Sleman yang juga pemilik Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) Budi Fish Farm seperti yang dikutip VOI dari ANTARA.
Budi melakoni usaha sejak 2010, siapa sangka usaha yang dimulai dari hobi semata, kini dapat memberikan omzet hingga ratusan juta bagi pemiliknya.
Membuktikan Sektor Pertanian Menjanjikan
Sebelum berkecimpung di sektor pertanian, Budi bekerja di salah satu hotel di Yogyakarta, namun kejadian erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 memberikan dampak yang cukup serius di sektor pariwisata sehingga membuatnya harus beralih haluan.
"Saya memilih untuk resign dan serius menekuni hobi sekaligus pekerjaan sambilan budidaya ikan air tawar khususnya lele dan gurame. Sekarang ada 100 kolam yang kami kelola dengan total omzet per bulannya kurang lebih mencapai Rp300 juta," tutur Budi.
Saat ini usaha Budi sudah berkembang pesat, benih ikan yang dijual pun bukan hanya sebatas lele dan gurame saja tetapi juga patin, nila, ikan hias seperti koi dan komet, serta benih ikan terapi. Memanfaatkan kemajuan teknologi internet, cakupan pasarnya yang semula hanya lokal Yogyakarta dan sekitarnya kini sudah merambah ke seluruh Indonesia.
“Pemasaran kami dari Sabang sampai Merauke, pesanan yang paling banyak di daerah Kalimantan yaitu Pontianak dan Banjarmasin,” imbuhnya.
Usaha yang Budi kembangkan ini tidak berjalan mulus tanpa tantangan, menurut penuturannya tantangan usaha budidaya ikan yang paling sering ditemui yaitu seputar permasalahan pakan ikan.
Selain sebagai komponen yang memakan ongkos produksi terbanyak, keterjaminan mutu dan kualitas pakan merupakan hal mutlak yang diperlukan untuk menjaga produk perikanan. Tidak menyerah begitu saja, Budi dan rekan-rekannya berinovasi mengembangkan produk pakan ikan atau pelet secara mandiri dari limbah kepala udang dan bungkil jagung yang berasal dari petani di sekitarnya.
"Pandemi COVID-19 cukup berdampak pada 4 bulan pertama, dan mengakibatkan biaya operasional pakan hampir tidak terpenuhi. Oleh karena itu kami berinisiatif untuk membuat pakan secara mandiri dengan memanfaatkan bungkil kedelai, bungkil jagung, limbah kepala udang dan bahan lainnya," katanya.
Menurut dia, dibandingkan membeli produk pakan dari industri, membut pakan sendiri bisa menekan biaya operasional yang cukup siginifikan.
Tidak berhenti sampai di situ, hasil inovasi produksi pakan ikan ini ternyata menghasilkan limbah yang masih memiliki kandungan protein cukup tinggi. Limbah ini tidak dibuang begitu saja, namun dimanfaatkan Budi dan kawan-kawan sebagai konsentrat pakan ternak khususnya sapi.
"Jadi sekarang bukan hanya fokus di perbenihan ikan, tapi kami juga mulai mengembangkan usaha ternak sapi dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk untuk pertanian. Dari situ keuntungan menjadi berlipat," tutur Budi.
Tidak hanya sendiri, dalam melakoni usahanya Budi juga menggandeng petani milenial di sekitarnya. Tercatat hingga saat ini Budi Fish Farm dikelola Budi bersama dengan 8 petani milenial lainnya dan telah menjalin kerja sama dengan 38 petani ikan sebagai mitra.
Dalam setiap kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo selalu mendorong sumber daya manusia (SDM) di dunia pertanian menjadi yang unggul, profesional, dan adaptif. Pasalnya, SDM menjadi kunci penting dalam pembangunan pertanian untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
Menurut Syahrul, saat ini sudah saatnya para agen perubahan di bidang pertanian menjadi delegasi di masyarakat. Mereka harus mampu mengubah persepsi anak muda tentang pertanian yang selalu dianggap kotor. Masyarakat luas harus tahu bahwa pertanian itu profesi yang penting di Indonesia.
Memperkuat pernyataan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi mengungkapkan hal senada.
"Kolaborasi milenial dan teknologilah yang mampu sejahterakan petani. Kenapa generasi milenial dan teknologi? Karena generasi milenial itu inovatif serta adaptif dalam pemanfaatan teknologi," kata Dedi.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo dan Direktur Polbangtan YoMa Bambang Sudarmanto saat berkunjung di kawasan seluas 3.000 meter persegi itu terlihat kagum dan mengapresiasi usaha yang dilakukan Budi.
"Budi merupakan salah satu contoh nyata bahwa pertanian menjanjikan, dan saya sudah berpesan ke Mas Budi agar keuntungannya tidak dinikmati sendiri, harus dibagi-bagi dengan petani milenial lainnya. Artinya, petani milenial Sleman harus berguru, belajar dengan Mas Budi ini," kata Kustini.
Sementara Bambang Sudarmanto mengatakan bahwa inovasi dan kreatifitas menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki petani milenial dalam mengembangkan pertanian.
"Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi harus diterapkan di pertanian. Seperti yang disampaikan Ibu Bupati, lahan pertanian makin hari tidak makin bertambah namun makin menyusut, oleh karena itu kita harus kreatif. Menerapkan 'integrated farming' bisa menjadi salah satu solusinya, jadi dalam satu kawasan bisa dilakukan berbagai macam usaha seperti di Budi Fish Farm ini,” ujar Bambang.
Bambang juga menyampaikan apresiasi kepada Bupati Sleman, karena sejauh ini Bupati Sleman merupakan satu-satunya kepala daerah yang selalu menghadiri kegiatan pengukuhan petani milenial meskipun di tingkat paling dasar yaitu UPTD BP4.
BACA JUGA:
Saatnya merevolusi pemberitaan di Jogja.Voi.id!