Warta Bantul: SAR Mengimbau Pengelola Wisata Bantaran Sungai Stop Kegiatan Saat Hujan
Logo Tim SAR DIY. (FOTO ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Pengelola taman wisata Senja Ngelo di Desa Pleret, Kabupaten Bantul dihimbau oleh tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) agar menghentikan sementara kegiatan wisata ketika terjadi hujan karena tempat rekreasi di kawasan bantaran Sungai Opak itu rawan banjir.

"Masukan dari saya sebaiknya diantisipasi, kalau terjadi banjir maka harus di-off-kan, tutup sementara jangan sampai ada kegiatan warga atau kegiatan masyarakat yang ada di bantaran sungai," kata Komandan SAR DIY Distrik Bantul, Bondan Supriyanto di Bantul, Senin.

Stop Kegiatan Saat Hujan

Hal itu dikatakan Bondan, merespon menggeliatnya aktivitas masyarakat di taman tamasya yang dimaksimalkan masyarakat Kanoman Pleret.

Taman liburan yang baru sebagian bulan beroperasi itu, berdasarkan Regu SAR, dulunya tempat bantaran sungai yang pernah dilanda banjir luapan sungai.

"Sehingga kalau musim hujan itu harapannya pengelola harus mengamankan aset, dan tutup sementara, karena seandainya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dengan korban jiwa, yang repot SAR DIY bersama teman-teman relawan lain," katanya.

Meski demikian, kata dia, pengelola tidak sepenuhnya menghentikan kegiatan di taman wisata, melainkan hanya sementara ketika terjadi hujan yang berpotensi banjir, karena memang pengembangan wisata untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.

"Karena itu juga investasi untuk masyarakat, sifatnya swadaya bukan pemerintah yang membiayai, cuma pengetahuan yang minim, masyarakat itu yang penting kelihatannya bagus dan cocok terus dibangun, cuma dampaknya belum diperhitungkan," katanya yang dikutip VOI dari ANTARA.

Dia juga berharap agar pengelola taman wisata yang berada di daerah rawan banjir lainnya, bisa bekerja sama dan bersinergi dengan lembaga-lembaga atau instansi kemanusiaan atau SAR yang ada di wilayah Bantul ataupun DIY.

"Pengelola juga harus koordinasi dengan Tim SAR, minta pendapat bagaimana kalau dibangun wahana-wahana ke depannya membahayakan masyarakat atau bangunan tidak, cuma persoalannya belum ada koordinasi, langsung bangun-bangun mengikuti perkembangan," katanya.

Apalagi. kata dia, perkembangan destinasi wisata yang memanfaatkan potensi alam di pinggir sungai saat ini sedang menjamur dan menjadi tren di kalangan wisatawan.

"Cuma kalau dilihat dari untung rugi kalau terjadi kebanjiran itu banyak ruginya, dan bangunan yang dibuat tidak cukup dengan biaya Rp1 juta sampai Rp2 juta, seandainya kena banjir ya sudah, habis," demikian Bondan Supriyanto.