YOGYAKARTA - Usulan uji coba pembukaan destinasi wisata pantai secara terbatas untuk meningkatkan lama kunjungan wisata di daerah ini selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 3 digagas langsung oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami mengusulkan paling tidak ada satu destinasi wisata pantai yang dibuka," kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana saat dihubungi di Yogyakarta, Senin.
BACA JUGA:
Uji Coba Pembukaan Destinasi Wisata Pantai
Deddy menuturkan bahwa pantai selama ini adalah salah satu destinasi yang mempunyai andil signifikan kepada 'length of stay' atau lama kunjungan tamasya di DIY.
Dengan kunjungan yang lebih lama, Menurutnya, okupansi atau tingkat hunian lazimnya turut terdongkrak, bagus untuk hotel berbintang ataupun nonbintang.
"Sebagian besar untuk wisatawan, khususnya yang menengah ke bawah kan yang banyak diminati pantai. Setelah mengunjungi pantai baisanya banyak yang menginap," ujar dia.
Jika uji coba pembukaan wisata pantai nantinya dizinkan, Deddy berharap bisa memprioritaskan yang berlokasi di Gunung Kidul seperti Pantai Baron dan Indrayanti. Pertimbangannya, banyak anggota PHRI DIY termasuk pengelola restoran di kabupaten itu yang batal menerima kunjungan wisatawan.
"Anggota PHRI di Gunung Kidul yang dalam portal sudah banyak yang nenangis karena tamu-tamunya diputar balik," kata dia yang dikutip VOI dari ANTARA.
Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat, ia meyakini kegiatan wisata pantai bakal aman. Jika masih terkendala sinyal internet untuk mengakses aplikasi PeduliLindungi, menurutnya, pengunjung untuk sementara bisa diminta menyerahkan kartu vaksin.
Hingga saat ini ada tujuh destinasi wisata di DIY yang pemperoleh izin uji coba operasional secara terbatas oleh pemerintah pusat yakni Gembira Loka Zoo di Kota Yogyakarta; Taman Tebing Breksi, Candi Ratu Boko, dan Taman Wisata Marapi Park di Kabupaten Sleman; serta Pinus Pengger, Seribu Batu, dan Hutan Pinussari Mangunan di Kabupaten Bantul. Uji coba pembukaan tujuh destinasi wisata itu, diakui Deddy, menjadi titik awal kebangkitan pariwisata di DIY.
Kendati demikian, ia menyebut belum berkontribusi signifikan terhadap okupansi hotel karena kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke DIY hanya melakukan 'one day tour' atau berwisata sehari.
"Rombongan-rombongan bus yang ramai saat akhir pekan itu sebagian besar 'one day tour' tanpa menginap, meski ada yang menginap di hotel," kata dia.
Ia menyebutkan selama PPKM level 3, okupansi hotel bintang tiga, empat, dan lima mencapai 80 persen saat akhir pekan dan 40 persen saat hari kerja (weekdays). Sedangkan hotel bintang dua ke bawah rata-rata 40 persen saat akhir pekan dan 15-20 persen hari kerja.
Okupansi tersebut, kata dia, sebagian besar masih didorong reservasi berbagai kegiatan pameran, seminar, atau konvensi (MICE) oleh sejumlah instansi pemerintahan yang berkegiatan di DIY.
"Sampai sekarang kami masih tertolong oleh MICE," ujar Deddy.